Dalam lingkungan sekolah, keberadaan murid yang tidak taat peraturan seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi guru, wali kelas, bahkan teman sebaya. Ketidaktaatan ini bisa berbentuk keterlambatan, melanggar tata tertib berpakaian, tidak mengerjakan tugas, hingga tindakan bullying. Jika tidak ditangani dengan bijak, perilaku tersebut dapat merusak suasana belajar, menular ke murid lain, dan mengganggu perkembangan karakter anak.
Namun demikian, penting untuk memahami bahwa murid yang tidak taat peraturan bukan hanya soal kenakalan, tapi sering kali merupakan cerminan dari kondisi sosial, psikologis, atau bahkan lingkungan keluarganya. Maka, pendekatannya pun harus bersifat mendidik, bukan menghukum semata.
Berikut beberapa cara mengatasi murid yang tidak taat peraturan agar tercipta lingkungan sosial sekolah yang sehat, disiplin, dan suportif.
1. Pahami Latar Belakang Murid
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggali penyebab di balik perilaku murid. Apakah ia sedang mengalami masalah di rumah? Apakah ada tekanan dari teman sebaya? Atau, mungkinkah dia tidak memahami aturan karena cara penyampaiannya kurang tepat?
Guru dan staf sekolah perlu melakukan pendekatan personal, seperti:
-
Wawancara ringan secara pribadi
-
Observasi perilaku di kelas dan luar kelas
-
Komunikasi dengan orang tua atau wali murid
Pendekatan ini penting untuk memastikan bahwa solusi yang diberikan sesuai dengan akar masalah, bukan hanya gejalanya.
2. Gunakan Pendekatan Persuasif, Bukan Represif
Anak-anak dan remaja cenderung memberontak jika diberi hukuman yang terlalu keras atau memalukan. Daripada marah dan menghukum langsung, lebih efektif jika guru mengajak bicara murid secara empat mata dan menjelaskan dampak dari perilakunya terhadap lingkungan sekolah.
Misalnya:
“Kalau kamu sering bolos dan membuat gaduh di kelas, teman-temanmu yang lain jadi terganggu belajarnya. Kamu juga jadi kehilangan banyak materi penting. Boleh saya tahu kenapa kamu sering keluar kelas?”
Percakapan ini bisa membangun rasa tanggung jawab dalam diri murid, bukan hanya ketakutan.
3. Terapkan Sistem Reward and Consequence yang Jelas
Murid perlu tahu bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya—baik positif maupun negatif. Sekolah bisa membuat sistem poin, penghargaan, atau sanksi ringan yang mendidik.
Contoh:
-
Memberi penghargaan (sertifikat, pujian di depan kelas) bagi yang disiplin
-
Sanksi edukatif seperti membersihkan kelas atau membuat esai refleksi untuk yang melanggar aturan
Yang penting, sistem ini harus konsisten dan adil untuk semua murid.
4. Libatkan Teman Sebaya Sebagai Pengaruh Positif
Lingkungan sosial sangat memengaruhi perilaku murid. Daripada terus menasihati dari atas, guru bisa mengajak teman sebaya yang lebih positif untuk mendampingi murid bermasalah.
Misalnya, menempatkan murid tersebut duduk berdekatan dengan teman yang rajin, atau melibatkan mereka dalam kerja kelompok yang mendorong kolaborasi sehat. Dukungan dari teman bisa lebih mengena dibanding teguran dari guru.
5. Jadikan Peraturan Sekolah sebagai Kesepakatan Bersama
Alih-alih memaksakan aturan secara sepihak, ajak murid untuk ikut menyusun atau membahas peraturan kelas. Ini akan menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap aturan itu sendiri.
Contoh:
Guru bisa mengadakan forum diskusi login raja zeus di awal semester dan bertanya, “Apa peraturan yang kalian anggap penting untuk dipatuhi agar suasana kelas nyaman?”
Ketika aturan disepakati bersama, murid akan lebih cenderung menghargainya.
6. Libatkan Orang Tua dalam Solusi
Masalah kedisiplinan murid tidak bisa diselesaikan sendirian oleh pihak sekolah. Peran orang tua sangat penting, terutama untuk memastikan bahwa anak menerima dukungan dan kontrol yang seimbang di rumah.
Undang orang tua ke sekolah untuk diskusi, bukan hanya saat anak bermasalah, tapi juga saat ingin menyusun program pembinaan jangka panjang. Buat mereka merasa terlibat dan bukan disalahkan.
7. Bangun Iklim Sekolah yang Positif dan Akomodatif
Lingkungan sekolah yang hangat, ramah, dan terbuka dapat membantu mengurangi jumlah pelanggaran. Murid akan merasa lebih diterima dan dihargai, sehingga tidak perlu mengekspresikan diri dengan melanggar aturan.
Sekolah bisa:
-
Menyediakan layanan konseling
-
Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang membangun karakter
-
Membentuk komunitas murid (student council, duta sekolah, dll)
BACA JUGA: Peran Generasi Muda 2025: Gerakan Sosial dan Edukasi untuk Kesadaran Lingkungan